Kondisi ini mengurangi pendapatan warga yang mengandalkan wisata perahu sebagai mata pencaharian.
“Baling-baling sering rusak karena terjerat sampah. Akibatnya, wisatawan enggan datang, dan pendapatan kami menurun,” jelas Nanda pada Rabu (4/11/2024).
Dari sisi ekologi, tumpukan sampah yang terus menumpuk dapat mengganggu keseimbangan ekosistem di sekitar bendungan.
Air yang tercemar dapat berdampak pada habitat ikan dan biota lainnya, mengancam keberlanjutan lingkungan di wilayah ini.
Peran Pemerintah dan Masyarakat
Sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas pengelolaan bendungan, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy diharapkan mengambil langkah konkret dalam menangani masalah ini.
Pembersihan sampah secara berkala, penyediaan tempat pembuangan sampah yang memadai, serta kampanye edukasi lingkungan dapat menjadi langkah awal yang efektif.
Namun, tanggung jawab ini tidak hanya berada di tangan pemerintah.
Kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan juga menjadi kunci penting.
Jika perilaku membuang sampah sembarangan terus dibiarkan, upaya pembersihan yang dilakukan pemerintah hanya akan menjadi solusi sementara.
Harapan untuk Leuwi Keris
Bendungan Leuwi Keris sejatinya memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata unggulan dan sumber daya air yang vital bagi masyarakat.
Namun, potensi ini akan sulit terwujud jika masalah sampah terus berlanjut.
Diperlukan komitmen bersama untuk mengembalikan kejayaan Leuwi Keris sebagai simbol kemajuan dan kebanggaan daerah.
“Kami berharap pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama untuk menjaga kebersihan bendungan ini. Sayang sekali jika potensi besar Leuwi Keris harus tergerus oleh masalah sampah,” ujar Wanto menutup pembicaraan.
Dengan langkah nyata dan komitmen dari semua pihak, Bendungan Leuwi Keris dapat kembali menjadi kebanggaan Kabupaten Ciamis, bebas dari masalah sampah yang mencemari wajah indahnya.
