Limbah Pemotongan Ayam Cemari Lingkungan, Warga Mengeluh Tak Tahan Bau

DIKSI NEWS10 Dilihat
banner 468x60

Ia juga menambahkan bahwa untuk skala usaha bisa dikatakan lumayan cukup besar, disamping mempunyai warungan, usaha kontrakan, dan menjual ayam di rumahan secara online, pelaku usaha juga mempunyai lapak penjualan ayam dan ikan di pasar tradisional ciamis. Sempat dimusyawarahkan oleh rt dan lingkungan sekitar akan tetapi belum mendapatkan kesepakatan yang lebih baik.

“Waktu kesana memang sehari bisa mencapai 50 ekor dengan harga yang lebih murah daripada yang lain dan sudah masuk ke pasar-pasar, dan sudah berjalan sekitar 2-3 tahun namum belum menempuh ijin. Yang saya terima keluhan ada sekitar tiga orang yang mewakili dan tidak mau disebutkan identitasnya, keluhannya bau, terus dibuang sembarangan, tidak ada koordinasi dengan masyarakat sekitar. Udah sering mengimbau kerimarin dengan aparatur kelurahan dan babinsa.” imbuhnya.

banner 336x280

Dalam hal ini Budi Setiadi selaku pelaku usaha pemotongan ayam tersebut juga menyampaikan tanggapan terkait usahanya, ia membenarkan bahwa menekuni usahanya selama dua sampai tiga tahun terkahir. Lebih lanjut ia menuturkan jika dirinya sudah mengantongi surat usaha dari kelurahan. Dari usahanya Budi mengaku mencapai omset  sebanyak 30 ekor ayam setiap harinya.

Untuk menmpung ayam yang belum mendapat giliran untuk dipotong, ia membuat kandang disamping rumahnya diatas kolam ikan dan dikelilingi benteng (tembok). Sedangkan untuk limbah air pencucian ayam, Budi mengaku mengalirkan sisa kotoran dengan pipa menuju kolam ikan miliknya yang terletak di samping rel kereta tak jauh dari kediamannya.

“Semenjak corona sudah dua tahun kurang, limbah air pencucian ayam dibuang ke kolam dipakai untuk pakan ikan, biasa per hari kalo rame 30 ekor ayam dengan harga 23.000 satu kilonya. Harapanya ingin usaha lancar, ke tetangga nyaman, inshaallah terima masukan bagaimana baiknya.” kata Budi Setiadi pemilik usaha potong ayam.

Disampaikan juga oleh RT (Rukun Tetangga) setempat di lingkungan bolenglang, yang biasa dikenal nama sapaan akrabnya Emon, Ia menyampaikan bahwa sudah beberapa kali dilakukan komunikasi untuk diberikan pembinaan namun sampai saat ini belum menemukan titik terang untuk kerukunan warga masyarakatnya tersebut.

“Ia mempunyai dua pintu kontrakan yang pernah mendapatkan teguran, selain usaha warungan juga punya usaha potong ayam yang dipromosikan online, limbahnya memang kurang terolah dengan baik, sudah beberapa kali mencoba diberikan solusi dan arahan untuk menempuh perijinan termasuk sertifikasi potong ayam namun belum diindahkan sampai saat ini, malah dapat keluhan dari warga saya yang lain karena baunya menyengat.” tukasnya.

banner 336x280