“Jika penggelembungannya terjadi di area dada, maka disebut aneurisma aorta torakal, sedangkan jika terjadi di perut, disebut aneurisma aorta abdominal,” jelasnya.
Namun, jika pembuluh darah yang terkena aneurisma berada di arah kepala atau otak, maka disebut aneurisma otak.
“Sebagian besar pembuluh darah yang dipompa dari jantung akan mengalir ke otak. Oleh karena itu, jika terjadi kelainan pembuluh darah seperti aneurisma di otak dan kemudian pecah, hal itu dapat berakibat fatal,” ungkapnya.
Pecahnya aneurisma dapat mengakibatkan pendarahan internal, stroke, dan dalam beberapa kasus, dapat berujung pada kematian.
“Jika pecah, aneurisma bisa menjadi sangat berbahaya dan menyebabkan kematian,” tegasnya.
Nia menjelaskan, berdasarkan data kesehatan dari Amerika Serikat, satu dari 50 orang menderita aneurisma otak.
Sementara itu, jumlah kasus pecahnya aneurisma pembuluh darah per tahun adalah sekitar 8 per 100 ribu orang, atau sekitar 30 ribu orang mengalami pecahnya aneurisma otak setiap tahunnya, dengan kejadian pecahnya aneurisma otak terjadi setiap 18 menit.
“Sebanyak 50 persen dari kasus pecahnya pembuluh darah mengakibatkan kematian. Dari mereka yang bertahan hidup, sekitar 66 persen mengalami cacat permanen,” ujar Nia.