DiksiNasi, Jakarta – Wabah Mpox, yang sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet, kembali menjadi perhatian dunia setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan status darurat kesehatan global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).
Penyakit ini menyebar cepat melalui kontak dekat, termasuk pakaian atau jarum yang terkontaminasi. Gejalanya meliputi demam, ruam yang menyakitkan, sakit kepala, nyeri otot, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam rilis resminya pada Rabu (14/8/2024), mengungkapkan bahwa keputusan ini terjadi atas rekomendasi Komite Darurat IHR.
“Munculnya Mpox, penyebarannya yang cepat di Kongo bagian timur, dan pelaporan kasus di negara-negara tetangga sangat mengkhawatirkan. Respon internasional yang terkoordinasi sangat perlu untuk menghentikan wabah ini demi menyelamatkan nyawa,” ujar Dr. Tedros.
Mpox di Afrika
Mpox telah menjadi ancaman serius di Afrika, khususnya di Republik Demokratik Kongo (RD Kongo).
Penyebaran virus ini di Afrika tahun ini sangat mengkhawatirkan dengan lebih dari 15.600 kasus dan 537 kematian yang terlaporkan.
Strain baru virus, clade 1b, telah terdeteksi di empat negara tetangga Kongo, yakni Burundi, Kenya, Rwanda, dan Uganda.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Afrika bahkan telah menyatakan wabah ini sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat yang Mengancam Keamanan Benua atau Public Health Emergency of Continental Security (PHECS).
Direktur Jenderal CDC Afrika, Jean Kaseya, dalam konferensi pers daring pada Selasa (13/8/2024), menyatakan bahwa wabah ini harus mendapat penanganan secara serius.
“Deklarasi PHECS ini akan membantu mobilisasi sumber daya yang lebih besar dan memperkuat mekanisme notifikasi internasional,” kata Kaseya.
Ancaman Global
Wabah Mpox, kini bukan hanya menjadi masalah lokal di Afrika.