DiksiNasi, Ciamis – Alan Sokal, seorang fisikawan teoritis yang juga dikenal sebagai seorang profesor di New York University.
Dia, mencatatkan namanya dalam sejarah akademis bukan hanya melalui kontribusinya pada bidang fisika, tetapi juga melalui sebuah eksperimen sosial yang mengguncang dunia akademis pada akhir 1990-an.
Biografi Singkat
Lahir pada 24 Januari 1955 di Boston, Massachusetts, Alan Sokal menempuh pendidikan di Harvard University, di mana ia meraih gelar Bachelor of Arts dalam bidang fisika pada tahun 1976.
Melanjutkan studinya, ia mendapatkan gelar Ph.D. dari Princeton University pada tahun 1981.
Selama bertahun-tahun, Sokal mengajar dan melakukan penelitian di bidang fisika teoritis, fokus utamanya adalah mekanika statistik dan teori medan kuantum.
Namun, ia menjadi terkenal bukan hanya karena fisika, melainkan karena keterlibatannya dalam sebuah eksperimen yang menguji integritas dan keabsahan jurnal-jurnal akademis.
Eksperimen Sokal: Sejarah Hoax yang Fenomenal
Pada tahun 1996, Alan Sokal mengirimkan sebuah artikel berjudul “Transgressing the Boundaries: Towards a Transformative Hermeneutics of Quantum Gravity” ke jurnal akademis “Social Text”.
Artikel ini sengaja ditulis dengan jargon yang kompleks dan klaim-klaim yang tidak masuk akal.
Tujuan Sokal adalah untuk menguji apakah jurnal tersebut akan menerbitkan tulisan yang, meskipun tidak bermakna, sesuai dengan ideologi dan bias intelektual yang diduga dianut oleh editor jurnal tersebut.
Keputusan “Social Text” untuk menerbitkan artikel tersebut tanpa melalui proses review yang memadai mengungkapkan sebuah kelemahan serius dalam metode peer review dan pengawasan editorial jurnal-jurnal akademis.
Setelah artikel tersebut terbit, Sokal mengungkapkan bahwa tulisannya adalah sebuah parodi, dia bermaksud untuk menunjukkan bagaimana beberapa jurnal dapat mengabaikan standar keilmuan demi mendukung pandangan ideologis tertentu.
Dampak dan Reaksi
Pengakuan Sokal menimbulkan gelombang kehebohan di dunia akademis.
Banyak yang mendukung eksperimen Sokal sebagai peringatan penting terhadap bahaya relativisme intelektual dan penyalahgunaan terminologi ilmiah dalam kajian-kajian sosial dan humaniora.