Part 108: Kolam Ikan Mama Rohel Mendadak Kering

Kewalian Mama Rohel begitu kuat, sehingga siapa pun berpikir dua kali sebelum bertindak lancang.

banner 468x60

Jantungnya berdegup kencang, sementara pikirannya dipenuhi rasa takut.

Dari balik jendela kobong, ia melihat tatapan tajam Mama Rohel menusuk ke arahnya.

“Nyi, panggil si Dodo. Suruh dia menghadap Abah. Aku harus memberinya pelajaran,” ujar Mama Rohel kepada Nyi Imas.

Tanpa ragu, Nyi Imas berteriak dengan suara melengking, “Dodoooooooo!! Enggal kadieu, disauran ku Abah!”

Dodo mendengar panggilan itu.

Dodo Menghadapi Penghakiman

Tubuhnya gemetar, tetapi ia tahu tak ada jalan lain selain menghadapi gurunya.

Dengan langkah gontai, ia berjalan menuju saung balong Tegal Bentar.

Setibanya di sana, ia menundukkan kepala di hadapan Mama Rohel.

“Hapunten, Abah. Manawi aya naon, abdi dipanggil?” ujar Dodo dengan suara lirih.

Mama Rohel menatapnya tajam.

“Kamu kenapa tidak memberi tahu Abah sebelum mengambil ikan di balong ini? Minimal, beri tahu Nyi Imas. Abah pergi ke Keraton Kanoman, eh, tahu-tahu semua ikan habis! Kamu sehat, Jang?” ujar Mama Rohel dengan nada tinggi.

“Hapunten, Bah. Éta lepat abdi. Saya ingin bilang, tapi ragu, takut Abah tidak mengizinkan. Nyuhunkeun dihapunten, Bah,” ujar Dodo dengan wajah memelas.

Mama Rohel menghela napas panjang.

Ia menyeruput kopi pahitnya sebelum kembali bertanya, “Jang, untuk apa ikan sebanyak itu?”

“Punten, Bah. Kami mengambil ikan untuk acara munggahan bersama pemuda kampung sebelah,” jawab Dodo dengan suara pelan.

Mama Rohel akhirnya memahami alasan Dodo.

Ia menghela napas sekali lagi sebelum akhirnya berkata,

“Baik, kali ini Abah memaafkan kesalahanmu. Tapi ingat, lain kali jangan ulangi lagi. Kalau butuh ikan, katakan saja. Abah tidak akan pelit,” ujar Mama Rohel.

Tabik pun.

banner 336x280