DiksiNasi, Cikarohel – Langit bergemuruh seperti menangis.
Petir menyambar.
Hujan tiba-tiba mengguyur deras dari sela-sela langit biru.
Tak seorang pun menyangka, hari itu menjadi hari terakhir bagi kekasih Allah: Mak Icih, salah satu perempuan terkuat yang telah mencapai usia 90 tahun.
Mama Rohel hanya mampu mengirimkan doa terbaik untuk Mak Icih.
Bersama beberapa santri, ia akan mengantarkan jenazah Mak Icih ke peristirahatan terakhir di Kecamatan Lumbung.
“Mama menjadi saksi, Mak Icih husnul khatimah. Beliau menghabiskan seluruh hidupnya untuk para santri. Dia bukan penjual nasi biasa. Mak Icih memiliki amaliah tersembunyi,” ujar Mama Rohel kepada para santrinya.
Mak Icih melewati masa-masa Kiai sepuh, Syekh Imam Faqih, saat beliau membuka pesantren di Lumbung.
Sejak kehilangan suaminya, Mak Icih berjuang seorang diri membesarkan anak-anaknya dengan berjualan nasi.
“Bukan hanya soal kekuatan perjuangannya. Mak Icih juga menerima anugerah ilmu laduni. Tanpa pernah belajar secara formal atau mengenyam pendidikan sekolah, beliau tiba-tiba menjadi paraji—atau dukun bayi. Itulah yang membuat Mak Icih mampu menghidupi anak-anaknya,” tambah Mama Rohel.
Amaliah tersembunyi Mak Icih tetap menjadi misteri hingga ajal menjemput.
Namun yang pasti, selama hidupnya, Mak Icih pernah menempati banyak tempat yang dianggap wingit—dan dari sanalah terbentuk karakter kuat dalam dirinya.