DiksiNasi, Cikarohel – Mama Rohel, melakukan perjalanan napak tilas jejak para penyebar Islam di Panjalu.
Ia tidak sendirian, beberapa penyuluh agama Islam turut mendampingi.
Dalam perjalanan ini, Mama Rohel menjelajahi delapan titik makam para penyebar Islam.
Seperti biasa, santri senior Mama Rohel, Samsul dan Dodo, tidak diajak.
Kali ini, Mama Rohel dikawal oleh Totong, seorang santri alumni Pesantren Tegal Bentar.
“Tong, nampaknya tugas terberat kita adalah menghidupkan kembali syiar Islam warisan para penyebar Islam. Coba lihat, bahkan menemukan Makam Arya Wiradipa, pendiri Desa Maparah, tidaklah mudah,” ujar Mama Rohel memulai obrolan.
Totong hanya mengangguk tanpa menimpali.
Ziarah ke Makam Pasarean AryaWiradipa
Ia kemudian menggandeng tangan Mama Rohel menelusuri jalan setapak menuju Makam Pasarean Arya Wiradipa.
Makam Arya Wiradipa terletak di atas gunung, tersembunyi di balik rerimbunan pohon dan tanaman.
Tidak ada akses jalan yang layak, hanya setapak sempit yang menjadi satu-satunya jalur menuju makam.
Napas Mama Rohel terengah-engah. Kakinya mulai kelelahan menapaki jalan terjal dan licin.
“Coba pikirkan, Tong. Orang yang paling berjasa mendirikan kawasan Maparah dan menyebarkan Islam di desamu justru diperlakukan seperti ini. Eyang Arya seakan dikucilkan, bahkan warga tidak menyediakan jalan agar bisa berziarah,” gumam Mama Rohel.
“Iya, Mama. Nampaknya ada sejarah yang terputus sehingga kami hampir melupakan keberadaan makam Arya Wiradipa,” jawab Totong pelan.