Part 118: Konsepsi Manusia Galuh Kiwari

Setelah pulang dari negeri Eyang Writekandayun, Mama Rohel menerima banyak wejangan dari Eyang Prabu.

banner 468x60

Ia terdiam sejenak, seolah sedang memikirkan cara menjelaskan hal tersebut.

Pasalnya, perdebatan akidah hanya bisa selesai jika ada benang merah yang mengikatnya.

“Leres, Ajengan! Sebenarnya, kita hanya perlu mengikuti dan meneladani dakwah Sunan Gunung Djati, yang telah menyatukan ajaran Sunda dengan Islam dalam bingkai rahmatan lil alamin. Sunda itu Islam, dan Islam itu Sunda. Raganya Sunda, dan nyawa hidupnya Islam. Hal ini telah dipraktikkan selama 600 tahun. Namun, karena kebodohan kita hari ini, sesuatu yang telah disempurnakan oleh Sunan Gunung Djati justru kita benturkan,” jelas Mama Rohel dengan nada tersendat.

Sunda dan Galuh adalah permata kembar yang juga pernah berjaya mengawal peradaban bangsa di Sundaland.

Setelah masa kejayaan Kerajaan Salakanagara dan Tarumanegara berakhir, peradaban Sunda Galuh mengambil peran.

“Penerus peradaban berikutnya adalah Kesultanan Cirebon, yang merupakan cucu dari Prabu Siliwangi Pajajaran. Sunan Gunung Djati adalah Sultan yang mengakomodasi ajaran kakeknya dalam sebuah ajaran Tarekat Asroriyah,” ujar Mama Rohel.

Diskusi pun terhenti.

Mendadak, Mama Rohel dipanggil Prabowo untuk memimpin doa di Magelang.

Beberapa bupati dan gubernur dikabarkan kesurupan arwah Nenek Lampir akibat salah membaca doa.

banner 336x280