DiksiNasi, Tasikmalaya – Banjir Kota Tasikmalaya menjadi trending pencarian di mesin pencari google di musim penghujan ini.
Banjir hebat, menyusul curah hujan tinggi yang mengguyur kota Resik.
Jalan-jalan utama, seperti Jalan HZ Mustofa, Mangkubumi, dan Moch. Hatta, berubah menjadi sungai dadakan.
Walikota Tasikmalaya yang baru, Viman Alfarizi, bersama wakilnya Dicky Chandra, menghadapi ujian pertama mereka: bagaimana membuktikan komitmen mereka dalam mengatasi salah satu masalah terbesar kota ini.
Drainase Buruk, Tantangan Utama
Sejumlah wilayah terdampak akibat buruknya sistem drainase, yang telah menjadi isu lama.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Tasikmalaya, Ucu Anwar, juga menyebut bahwa saluran air yang tersumbat oleh sampah menjadi penyebab utama.
“Saat volume air meningkat karena hujan deras, saluran yang tidak berfungsi menyebabkan air meluap,” ujar Ucu.
Sebagai pemimpin baru, Viman dan Dicky berhadapan dengan tuntutan tinggi untuk memperbaiki sistem drainase kota.
Menurut pengamat lingkungan asal Bandung, Deni Wiranda, persoalan drainase yang buruk adalah simbol dari kurangnya perencanaan tata kota yang berkelanjutan.
“Pemimpin baru harus menjadikan ini prioritas. Jika terjadi pembiaran, banjir tidak hanya merusak ekonomi warga tetapi juga citra Kota Resik,” tegas Deni. Rabu, (18/12/2024).
Langkah Konkret yang Diharapkan
Deni menyoroti bahwa masalah ini membutuhkan pendekatan komprehensif.
“Bukan hanya tentang memperlebar saluran drainase, tetapi juga mengedukasi masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan. Peningkatan kapasitas resapan air melalui ruang terbuka hijau juga sangat mendesak,” tambahnya.
Menurut Deni, Viman harus menyiapkan langkah-langkah strategis jangka pendek dan panjang.