Google Persembahkan Doodle untuk Rayakan Ulang Tahun Inisiator KB Dr. Sulianti Saroso

banner 468x60

DiksiNasinews.co.id,  – Google Doodle hari ini menampilkan potret Prof Dr Sulianti Saroso sebagai doodle, Lenny.didaulat sebagai seniman untuk membuat persembahan tersebut. Siapa sebenarnya Prof Dr Sulianti Saroso? Ia adalah salah satu dokter perempuan pertama di Indonesia yang memberikan kontribusi besar dalam perkembangan bidang kesehatan di Indonesia. Sulianti Saroso mengabdikan hidupnya untuk mempermudah masyarakat rentan dalam mendapatkan layanan kesehatan.

Profil Singkat Sulianti Saroso

Dilansir dari indonesia.go.id, Julie Sulianti Saroso lahir di Karangasem, Bali pada 10 Mei 1917. Ia merupakan anak kedua dari keluarga Dokter M Sulaiman. Sang Dokter menempuh pendidikan di berbagai daerah karena ayahnya sering dipindahkan tugas.

banner 336x280

Pencetus program KB ini mendapatkan pendidikan dasar berbahasa Belanda di Europeesche Lagere School (ELS), pendidikan menengah di Gymnasium Bandung, dan pendidikan tinggi di Geneeskundige Hooge School (GHS), yang merupakan Sekolah Kedokteran STOVIA di Batavia. Sulianti lulus sebagai dokter pada 1942.

Setelah meraih gelar Dokter dia lalu melanjutkan pendidikannya di Eropa dan Amerika dan mendapatkan beberapa gelar dalam bidang kesehatan masyarakat. Ia juga menerima beasiswa dari World Health Organization (WHO) untuk mempelajari sistem kesehatan ibu hamil dan anak di Eropa.

Sulianti kembali ke Indonesia dengan memperkenalkan pendidikan Keluarga Berencana (KB) dan bergabung dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebagai Kepala Jawatan Kesehatan Ibu dan Anak di Yogyakarta.

Peran Sulianti Saroso dalam Bidang Kesehatan
Menginisiasi Program KB

Ketika bekerja di Kemenkes, Sulianti memimpin sebuah program untuk meningkatkan akses kesehatan bagi perempuan, anak-anak, dan penduduk desa. Di Yogyakarta, Sulianti mulai mengadvokasi pendidikan seks, alat kontrasepsi, dan pengendalian kehamilan serta kelahiran melalui RRI Yogyakarta dan Kedaulatan Rakyat.

Sulianti menyadari bahwa kemiskinan, malnutrisi, dan buruknya kesehatan ibu dan anak berkaitan dengan kelahiran yang tak terkontrol. Namun, kampanyenya menimbulkan kontroversi. Pernah dalam satu seminar beberapa pihak menolak gagasannya, saat itu tercatat sejumlah dokter serta organisasi keagamaan tidak setuju dengan idenya.

banner 336x280