Fenomena Gunung Es dan Bingungnya Masyarakat
Kapolres Ciamis menyatakan bahwa dua kasus ini mencerminkan fenomena gunung es dalam kasus kekerasan seksual terhadap anak.
Banyak korban memilih diam karena takut, malu, atau terikat relasi emosional dan kekeluargaan dengan pelaku.
“Kami percaya masih banyak kejadian serupa yang tidak pernah masuk laporan. Ini bukan hanya urusan kepolisian, tetapi menjadi tanggung jawab bersama antara masyarakat, keluarga, dan lembaga keagamaan,” kata Akmal.
Ia menekankan pentingnya deteksi dini oleh lingkungan sosial dan menyarankan agar warga tidak ragu melaporkan kejadian mencurigakan kepada pihak berwajib.
Mendorong Peran Kolektif dalam Pencegahan
Kasus ini menjadi alarm keras bagi semua pihak. Keluarga sebagai garda terdepan justru menjadi ruang rawan jika pengawasan dan komunikasi tidak berjalan.
Begitu pula masyarakat, yang sering kali memilih bungkam demi menjaga “nama baik” ketimbang membela korban.
Pemerhati anak dan aktivis perlindungan perempuan menilai bahwa kejadian di Ciamis bukanlah insiden terisolasi.
“Kita butuh sistem pengawasan komunitas dan edukasi menyeluruh yang mampu membongkar budaya diam dan menyalahkan korban,” ujar seorang aktivis dari Forum Perlindungan Anak Galuh Raya.
Ke depan, kolaborasi antara aparat penegak hukum, tokoh agama, lembaga pendidikan, dan masyarakat sipil sangat perlu untuk memutus rantai kekerasan seksual terhadap anak.