Kegiatan nyata dalam bentuk kepedulian akan sungai diantaranya dengan menanam beberapa jenis pohon penyerap air seperti Picung ( Kluwek ), Jambe ( Pinang ) dan Kawung ( Enau ). Yayat beserta komunitasnya kerapkali mendampingi Ketua DPRD atau Bupati Ciamis beserta jajarannya melaksanakan penanaman pohon penyerap air di beberapa titik yang strategis.
Namun sayang ada beberapa lokasi yang kurang didukung dengan perawatan dan pencegahan dari hama. Karena yang tersisa kini kebanyakan tinggal pohon jambe. “Tak kurang dari 20.000 bibit jambe siap ditebar dan ditanam” ujar yayat.
Yayat melanjutkan bahwa “Picung dan kawung menjadi sasaran tupai yang daerah penyuplai makanannya tergerus oleh perambahan hutan yang kerap terjadi di beberapa sumber air sungai di wilayah ciamis”.
Area Gunung Syawal menyumbang lebih dari 50% suplai air untuk wilayah kabupaten Ciamis. Yayat berharap Pemerintah tidak hanya mengejar acara seremonial belaka, tapi harus ada tindak lanjut dan evaluasi kedepannya. “Muktisari pernah menggelar acara serupa terkait pelestarian alam dengan narasumber DPRKPLH, dan viral di medsos . Namun disayangkan tidak ada perhatian lebih setelah acara selesai padahal kelestarian dan konservasi lahan tidak akan pernah selesai hanya dengan acara seremonial”. Pungkas Yayat.
Rini Valianti, ST. MT. MSc Kepala Bidang Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, menyatakan bahwa acara yang seharusnya digelar 25 September 2002 ini diharap menjadi titik tolak pelestarian sungai di Ciamis. Rini berharap puluhan KPS yang menghadiri acara hari sungai sedunia ini tetap semangat dalam menjaga sungai karena merupakan bagian dari konservasi lahan di Ciamis.