DiksiNasi, Ciamis – Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Ciamis dan sekitarnya dalam beberapa hari terakhir membawa dampak yang ironis bagi Bendungan Leuwi Keris.
Bendungan yang diresmikan sebagai Proyek Strategis Nasional oleh Presiden Joko Widodo ini, kini menghadapi tantangan serius.
Penumpukan sampah yang terbawa aliran sungai.
Fenomena ini mengundang pertanyaan mendalam tentang tanggung jawab pengelolaan lingkungan di sekitar bendungan.
Sampah plastik, potongan kayu, dan bambu terlihat mengapung di permukaan air, menciptakan pemandangan yang jauh dari kesan asri.
Bukan hanya mencemari lingkungan, tetapi juga mengancam keberlanjutan fungsi bendungan sebagai sumber air dan destinasi wisata.
Sampah: Masalah Struktural atau Kebiasaan Buruk?
Menurut Wanto, warga Desa Handapherang, sampah yang memenuhi Bendungan Leuwi Keris sebagian besar berasal dari aliran Sungai Cipalih dan Ciloseh di wilayah Tasikmalaya.
Ia juga menyoroti longsoran dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang sudah tidak aktif sebagai penyumbang utama masalah ini.
“Longsoran dari TPA ikut terbawa arus saat hujan deras. Sampah-sampah ini kemudian menumpuk di bendungan, menyebabkan bau tidak sedap dan mengurangi keindahan tempat ini. Kalau bisa, segera ada langkah pembersihan,” ujar Wanto pada Minggu (29/12/2024).
Namun, masalah ini bukan semata soal alam.
Front Pemerhati Lingkungan Wilayah Bantaran Sungai (FPLWBS), Mudzakir, menegaskan bahwa penumpukan sampah di Bendungan Leuwi Keris mencerminkan kurangnya regulasi yang efektif terkait pengelolaan sampah di daerah ini.
“Ini adalah masalah sistemik. Diperlukan kolaborasi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan lembaga terkait untuk mengatasi persoalan ini secara berkelanjutan,” kata Mudzakir.
Ia juga menambahkan bahwa kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan harus menjadi fokus utama.
Dampak Ekonomi dan Ekologi
Bukan hanya keindahan yang menjadi korban.
Tumpukan sampah, juga memengaruhi aktivitas ekonomi warga sekitar bendungan.
Nanda, penjaga wisata perahu, mengeluhkan kerusakan baling-baling perahu akibat sampah yang menyangkut.