Ekologi, Maung Sawal, dan Filosofi Kepemimpinan
Dalam bagian lain pidatonya, Dedi menyentuh soal Gunung Sawal, tempat macan kerap memangsa domba milik warga.
Namun, pendekatannya tak biasa. Ia lebih memilih mengganti domba daripada memburu macan.
“Maung paeh can tangtu aya deui. Mun domba mah bisa meuli sarebu siki,” ucapnya.
Ungkapan ini menyimpan pesan mendalam: lebih baik menjaga ekosistem daripada merusaknya demi kepentingan sesaat.
Dedi juga berencana mendorong status gunung-gunung di Ciamis, Garut, Karawang, dan Purwakarta menjadi Taman Nasional.
Kanoman dan Politik Sejarah: Siapa Punya Galuh?
Kehadiran delegasi Keraton Kanoman Cirebon lewat organisasi Persatean Pesantren Ortodok (PPO) menambah warna pada perayaan ini.
Ketua PPO, H. Apang, menyatakan bahwa beberapa wilayah di Ciamis dulunya merupakan bagian dari Keraton Kanoman.
“Antara Kanoman dengan Galuh itu, memiliki ikatan erat,” ujar Apang.
Wilayah seperti Rajadesa dan Cipaku disebut menyimpan peninggalan sejarah dari Kanoman.
Hal ini menunjukkan bahwa sejarah Ciamis bukan hanya soal Tatar Galuh, tapi juga soal tarik-menarik kekuasaan dan warisan budaya antar-kerajaan.
Mama Rohel, tokoh PPO lainnya, mengutip Bung Karno dengan tajam:
“Jas Merah! Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.”
Ia menegaskan bahwa sejarah Galuh dan Kanoman berjalan berdampingan.
Banyak kampung besar di Ciamis saat ini dulunya merupakan petilasan Kanoman, dan itu menjadi bagian dari narasi yang kerap luput dari perayaan resmi pemerintah daerah.