Mereka menemukan puing-puing pesawat yang terbakar dan segera memulai pencarian korban di dalam badan pesawat.
Dua korban selamat kini dirawat intensif di rumah sakit di Gwangju, sementara keluarga lainnya hanya dapat menunggu identifikasi jenazah yang dilakukan di kamar mayat darurat di lokasi kejadian.
Jeju Air dalam Sorotan
Maskapai Jeju Air, yang belum pernah mengalami kecelakaan fatal sebelumnya, menghadapi tekanan besar atas insiden ini.
Dalam pernyataan resminya melalui Instagram, pihak maskapai menyampaikan permintaan maaf mendalam.
Lihat postingan ini di Instagram
Baca Juga
“Kami, Jeju Air, mohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi. Kami akan melakukan segala upaya untuk mengatasi kecelakaan ini,” tulis maskapai tersebut.
CEO Jeju Air, Kim Yi-bae, segera memimpin rapat darurat di kantor pusat maskapai di Gangseo-gu, Seoul.
Investigasi menyeluruh kini sedang berlangsung, sementara maskapai berencana menggelar konferensi pers dalam waktu dekat.
Tragedi yang Menyisakan Luka Mendalam
Kecelakaan ini menandai titik kelam dalam sejarah Jeju Air.
Sebelumnya, insiden non-fatal pernah terjadi pada 2007 ketika pesawat Bombardier Q400 tergelincir di Bandara Gimhae akibat angin kencang.
Namun, insiden terbaru ini membawa duka mendalam bagi keluarga korban dan masyarakat Korea Selatan.
Bagi keluarga yang kehilangan orang-orang tercinta, pesan-pesan terakhir seperti yang dikirimkan melalui KakaoTalk menjadi satu-satunya kenangan terakhir yang dapat mereka pegang.
“Pesan itu seperti firasat, tapi siapa yang menyangka ini benar-benar terjadi?” ungkap seorang anggota keluarga korban yang menunggu kabar di bandara.
Harapan Akan Transparansi dan Keselamatan Penerbangan
Tragedi ini tidak hanya mengingatkan tentang pentingnya keselamatan penerbangan, tetapi juga menjadi ujian besar bagi Jeju Air untuk memberikan transparansi dan mengambil tanggung jawab penuh.
Publik berharap investigasi yang terjadi akan memberikan jawaban dan solusi untuk mencegah tragedi serupa di masa depan.