Selain faktor cuaca, perubahan iklim global seperti fenomena El Niño mempercepat siklus epidemi DBD.
Kementerian Kesehatan mencatat, siklus tahunan yang semula berlangsung setiap 10 tahun kini hanya sekitar 3 tahun.
Faktor lain yang memperparah situasi adalah kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Data Dinkes Cimahi mencatat 216 kasus DBD hingga Juni 2025 dengan satu kematian.
Pola hidup warga yang belum menerapkan 3M Plus secara konsisten menjadi penyebab utama.
Saran untuk Upaya Pencegahan
Kementerian Kesehatan RI dan WHO merekomendasikan langkah-langkah pencegahan berikut:
1. Terapkan 3M Plus:
- Menguras tempat penampungan air.
- Menutup rapat wadah air.
- Mengubur barang bekas.
- Menggunakan lotion anti-nyamuk, kelambu, dan larvasida (abate).
2. Jaga Kebersihan Lingkungan:
- Bersihkan talang air dan got secara rutin.
- Buang air pada alas pot dan toren yang terbuka.
- Simpan pakaian dalam lemari agar tidak menjadi tempat hinggap nyamuk.
3. Waspadai Gejala DBD:
Gejala utama meliputi demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, mual, muntah, serta ruam kulit.
Pemerintah meminta masyarakat segera datang ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala tersebut.
4. Vaksinasi Dengue (Jika Memenuhi Syarat):
WHO juga menyetujui vaksin Qdenga (TAK-003) untuk daerah endemik.
Namun vaksinasi di Indonesia masih terbatas dan memerlukan pemeriksaan lanjutan.
5. Pantau Wilayah:
Gunakan platform resmi seperti infodatin.kemkes.go.id, data Dinkes provinsi, atau aplikasi SEHATi untuk memantau daerah rawan.
Kondisi cuaca yang tidak menentu dan lemahnya kesadaran masyarakat menjadi faktor utama meledaknya kasus DBD di Jawa Barat pada Juli 2025.
Upaya pencegahan yang konsisten menjadi kunci untuk menekan penyebaran, terutama pada kelompok usia produktif dan anak-anak yang menjadi korban terbanyak.
Komentar