Kuliner Menggoda dari Kaki Gunung Syawal, Puyuh Menjadi Santapan Khas dari Gunungsari Ciamis

Tak Lengkap ke Cadas Ngampar Tanpa Puyuh Goreng Bu Latifah

banner 468x60

Dikenal Tanpa Promosi, Dikenang Karena Rasa

Meski tak punya akun media sosial untuk promosi, nama Bu Latifah dikenal luas.

Warungnya tumbuh melalui kekuatan testimoni para pengunjung.

Dari Ciamis hingga Garut, Tasikmalaya, dan Bandung, banyak yang rutin datang untuk melepas rindu pada rasa otentik tersebut.

“Saya biasanya datang setahun sekali, cuma buat makan puyuh Bu Latifah. Rasanya enggak pernah berubah,” ujar Wira, seorang pengunjung asal Bandung.

Ketekunan yang Menginspirasi

Delapan tahun bukan waktu singkat untuk bertahan sebagai pelaku UMKM kuliner.

Saat masa sepi, pendapatan hanya cukup untuk sekadar bertahan.

Tapi semangat Bu Latifah tak pernah padam.

“Yang penting masih jalan. Alhamdulillah masih bisa bertahan sampai sekarang,” ucapnya dengan senyum.

Ia tetap membuka warung setiap hari dari pukul 07.00 hingga 18.00 WIB.

Konsistensinya dalam menyajikan rasa yang sama dari hari ke hari menjadi alasan pelanggan setia kembali.

Warung Kecil dengan Cita Rasa Besar

Bagi sebagian orang, warung Bu Latifah hanyalah tempat makan sederhana.

Tapi, tempat ini adalah wujud nyata dari ketekunan, inovasi, dan keberanian memulai dari nol.

Ia bukan hanya menjual makanan, tapi juga kisah.

“Saya berharap, walau saya nanti tak lagi ada, anak-anak bisa meneruskan usaha ini. Semoga bisa terus menjadi bagian dari wajah kuliner Ciamis,” katanya penuh harap.

banner 336x280