Part 77: Cermin Retak, Wajah Dibelah

Kabar buruk rupa Raden Otong akhirnya sampai ke telinga Nyimas Gilang Kencana, sang permaisuri.

banner 468x60

Amarah Raden Otong mulai mereda setelah ibunya memeluk dan meyakinkan bahwa ia tetap menyayangi anaknya apa pun keadaannya.

“Jang, Emak tetap sayang. Apa pun keadaan Ujang, orang tua tetap cinta. Hidup ini baru sekarang Ujang melihat wajah sendiri. Coba bayangkan perasaan Emak selama 20 tahun menatap wajah Ujang. Setiap detik Emak menangisi keadaanmu, Nak. Karena itu, tidak ada kaca cermin di Keraton,” ujar Nyimas Gilang Kencana sambil terisak dalam tangisan pedih.

Amarah Raden Otong pun akhirnya mereda.

Hatinya tenang, dan ia mulai menerima takdirnya.

Perjalanan Menuju Tegal Bentar

Pagi itu, Raden Otong memacu kudanya menuju Pesantren Tegal Bentar.

Ia juga ingin meminta nasihat kepada Mama Rohel.

Sekejap kemudian, ia sudah tiba di Pendopo Tegal Bentar.

Mama Rohel seperti biasa sedang membaca Kitab Al-Hikam.

Beberapa santri lainnya juga sibuk membersihkan kobong.

Pengajian Subuh hari itu masih libur.

“Wilujeng sumping, Aden, di Tegal Bentar. Ada apa gerangan pagi-pagi datang ke Mama?” sapa Mama Rohel dengan nada lembut dan wajah teduh.

Aura kewalian Mama Rohel memancar.

“Mama, ternyata abdi tak setampan kata orang di Galuh. Abdi putra mahkota anu pangjelekna. Kumaha carana abdi kiat sareng ikhlas nampi takdir ieu?” ujar Raden Otong dengan suara bergetar.

Mama Rohel meneteskan air mata.

Ia terharu. Kaca cermin memang tak pernah berbohong.

“Jang, Ujang juga harus bangga. Apa pun keadaanmu, itulah yang terbaik. Kami sebagai rakyat Galuh sebenarnya sedih. Tiap hari kami menangis saat melihat wajah Ujang. Tapi di luar sana, banyak anak pejabat yang tampan dan wajahnya mulus, tapi akhlaknya tercela,” ujar Mama Rohel menenangkan Raden Otong.

Mama Rohel melanjutkan ceritanya, “Di negeri Pak Joko, malah ada lelaki tampan dan istrinya cantik, namanya Harvey Mois. Tapi dia justru menjadi garong dan mengkorupsi uang negara. Ia juga merampas uang negeri Pertiwi hingga Rp271 triliun.”

“Aden harus bersyukur. Harvey Mois adalah cermin retak yang membuat wajah negeri ini makin rusak. Tidak ada kejujuran di negeri ini. Semua orang menyingkirkan kaca cermin agar keburukan mereka tak terlihat,” sambung Mama Rohel.

Tiba-tiba, “Braak!” Semua kaca cermin di Pendopo Tegal Bentar hancur berkeping-keping. Suara menggelegar terdengar.

“Hahaha! Kelakuan manusia sekarang sudah kelewat batas. Tunggu balasan Aing!” ancam Jurig Kaca Cermin.

banner 336x280