Ia juga tidak langsung menjawab.
Lidahnya terasa berat mengucapkan kata-kata.
“Ini, Mama, soal Neng Diah Pitaloka. Raja-raja se-Nusantara akan melamar untuk menjadikannya permaisuri. Namun yang paling berat adalah lamaran Raja Hayam Wuruk karena diikuti ambisi ekspansi wilayah yang digagas Patih Gajah Mada,” ujar Prabu Linggabuana.
Sambil menyeruput kopi khas Kawali, Prabu Linggabuana meminta Mama Rohel memberikan saran.
“Kumaha numutkeun Mama? Ambisi Patih Gajah Mada juga membahayakan stabilitas keamanan kerajaan, Mama,” ujar Prabu Linggabuana.
Mama Rohel menjawab, “Ampun paralun, Prabu. Numutkeun abdi, mending tolak lamaran Prabu Hayam Wuruk. Kunjungan ke Majapahit juga, sebaiknya kita batalkan. Perkawis lamaran, aya santri abdi, Raden Dodo. Dia pemuda sakti yang bisa kita andalkan menjaga keamanan Kerajaan Galuh.”
Diah Pitaloka yang juga ikut mendengar, sontak terkejut.
“Hah, Raden Dodo? Raja-raja sana juga aku tolak, masa sih Dodo dari Kampung Cikarohel? Pasti Mama Rohel bercanda,” gumam Diah Pitaloka.
Tabik pun.
Komentar