Part 78: Dekat dengan Allah, Tapi Sombong, Inilah Akibatnya

Kapal yang ditumpangi Mama Rohel tak mampu menahan ganasnya badai dan gelombang.

banner 468x60

Ia mendayung perahu itu menyeberangi laut menuju perkampungan.

Namun, di tengah laut, perahu kecil yang Aman tumpangi terhantam gelombang dan pecah.

Aman tenggelam, tetapi lagi-lagi ia selamat dan terdampar di pulau yang sama.

Ia terkejut melihat adiknya tetap baik-baik saja.

Amin sedang membakar ikan di tepi pantai.

Ia pun menolong kakaknya dan mengajaknya menikmati ikan bakar.

Amin tidak tahu bahwa kakaknya berniat jahat untuk mencelakainya.

Tengah malam, Aman kembali melaksanakan salat tahajud.

Ia menengadahkan tangan ke langit, terus berdoa meminta keselamatan sambil memprotes takdir Allah.

“Wahai Gusti Yang Maha Suci, mengapa Amin, adikku, selalu diselamatkan dari marabahaya? Padahal, ia jarang salat dan puasa. Perilakunya juga tidak baik-baik amat. Tapi dia selalu beruntung dalam hidupnya,” keluh Aman.

Jawaban dari Laut

Langit bergemuruh, petir menyambar, dan kilat berkelebat.

Tiba-tiba, dari singgasana langit terdengar suara menggelegar.

“Hai anak muda, kamu memang ahli ibadah dan terpuji akhlakmu. Tapi dalam hatimu ada kesombongan tersembunyi. Jika doamu sering terkabul, itu bukan karena amalmu yang sombong, tetapi karena doa tulus adikmu yang menyelamatkanmu,” ujar suara itu.

Aman terkulai lemas mendengar suara dari langit.

Mungkin itu malaikat atau Nabi Khidir yang berbicara dari balik lautan luas.

“Hai anak muda, tahukah kamu apa amalan adikmu? Memang, ia bukan ahli ibadah. Tapi setiap kali kamu berdoa, adikmu selalu mengucap, ‘Amiin,’ sambil dalam hatinya berkata, ‘Ya Allah, kabulkanlah doa-doa kakakku.'”

Aman gemetar.

Badannya lunglai mendengar pesan itu.

Suara tersebut kembali bergema.

“Ingat, anak muda. Doa adikmu, Amin, selalu diaminkan oleh para malaikat, sehingga Allah selalu memberikan keberuntungan kepadanya. Kamu selamat dari marabahaya berkat adikmu. Sebab, ibadah yang sombong tertolak doanya. Camkan itu, anak muda!” bentak suara itu.

Aman meraung menangis menyesali perilakunya.

Ia memeluk adiknya yang tertidur pulas di pasir pantai.

“Maafkan aku, Dik. Berkah doamu ternyata kita selalu selamat dan lolos dari bahaya,” bisik Aman.

Namun, Amin tetap tertidur pulas karena kelelahan.

Mama Rohel terharu menyaksikan keajaiban langit yang memberikan nasihat kepada dua kakak beradik tersebut.

Akhirnya, Mama Rohel pergi ngahiang menuju makam Syaikh Abdul Qadir Jaelani.

banner 336x280