Part 99: Karomah Itu Masih Ada

Jejak-jejak kejayaan dan keruntuhan warisan Sunan Gunung Jati masih dapat dirasakan hingga zaman ini.

banner 468x60

DiksiNasi, Cikarohel – Air mata Mama Rohel membasahi pipinya.

Ia tak menyangka akan memasuki sebuah ruang waktu ratusan tahun silam.

Jarak ratusan tahun terasa seperti baru kemarin.

Jejak-jejak kejayaan dan keruntuhan warisan Sunan Gunung Jati masih dapat dirasakan hingga zaman ini.

“Seperti mimpi, tetapi ini nyata. Saat menyalami tangan Mapatih, rasanya seperti menyentuh tangan Kanjeng Sunan Gunung Jati. Ikatan darah dan ilmu menjadi penguat getaran Ilahiah,” gumam Mama Rohel saat menginjakkan kaki di keraton bersejarah.

Sejarah Si Blawong

Setiap kali menatap bangunan Si Blawong, Siti Hinggil di sebelahnya, dan Lawang Syahadat di depannya, Mama Rohel selalu tersentuh hingga meneteskan air mata.

Bangunan bisu itu terlihat sederhana dan kuno, tetapi telah menjadi saksi bagi jutaan orang yang masuk Islam.

Si Blawong mengajarkan perpindahan dua dimensi kehidupan.

Ratusan tahun pintu Si Blawong belum pernah dibuka.

Konon, di bawah tanah Si Blawong terdapat jalur laut menuju Kota Makkah.

“Di zaman yang serba terbatas, sosok Kanjeng Sinuhun Sunan Gunung Jati mengukir sejarah penyebaran Islam lintas batas. Sungguh ini karomah yang luar biasa,” bisik Mama Rohel dalam dialog diamnya.

Usai merenungi Si Blawong dan Siti Hinggil, mata Mama Rohel menatap sebuah pohon Waringin Kurung—pohon beringin yang tumbuh di tengah Pasar Kanoman.

Pohon itu tidak pernah tumbuh besar; sejak masa hidup Kanjeng Sunan, ukurannya tetap kecil.

Hati Mama Rohel terkoneksi dengan getaran pohon Waringin Kurung.

banner 336x280

Komentar