DiksiNasi, Cikarohel – Kematian Mapatih Putrakusumah yang mendampingi Adipati Singacala VI menjadi gunjingan di Kampung Cikarohel.
Walaupun peristiwa ini viral di negeri sebelah, beberapa kandidat yang mengincar kursi kosong mulai berdatangan ke Pesantren Tegal Bentar untuk meminta fatwa dari Mama Rohel.
“Bah, kami datang untuk meminta restu dan pandangan apakah akan menjadi kebaikan seandainya abi mendampingi Adipati Singacala VI. Ini sangat politis, Bah,” ujar Raden Otoy.
Obrolan Raden Otoy disambung oleh Kang Mas Jolang, yang juga masih memiliki trah Mataram.
Calon Pengisi Lelang Kursi Kosong
Mungkin, inilah calon patih yang paling dikenal di negeri Kanjeng Prebu.
“Bah, kulo niki tiang Jawi. Kados pripun pami kulo sing ngendampingi Adipati Singacala VI? Tetap kulo sing berhak, Bah,” ujar Kang Mas dengan logat Jawa yang kental.
Mama Rohel mengernyitkan dahi.
Dua orang tamunya sama-sama berbobot dan punya kapasitas.
Namun, Mataram pernah mencaplok Galuh pada tahun 1629 M.
Seperti ada dendam sejarah yang belum selesai.
“Begini, Kang Mas. Abah sudah pelajari sosiologi orang sini. Para bangsawan alergi menerima kenyataan sejarah bahwa tidak semua trah Mataram itu jahat. Ini akan menjadi beban stereotip bagi orang Sunda. Semoga saja Adipati Singacala VI tidak memiliki pandangan rasis,” ujar Mama Rohel.
Suasana mendadak tegang. Raden Otoy dan Kang Mas Jolang saling bertatapan.
Komentar