Ia menyebut perusahaan telah memperkuat sistem pelayanan, memperluas jaringan distribusi, serta mulai memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi.
“Kami menyadari bahwa pelayanan air bersih adalah kebutuhan vital. Karena itu, kami terus berinovasi dan merespons cepat kebutuhan masyarakat,” kata Amsi.
Ia juga menyampaikan bahwa jumlah pelanggan saat ini mencapai sekitar 35.000 sambungan, dengan pertumbuhan 1–2 persen per tahun.
Meski perlahan, ia optimistis kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan meningkat.
Pelayanan Air Bersih Masih Jadi PR Besar
Meski Perumdam mengklaim telah memperluas jaringan distribusi, warga di sejumlah daerah pelosok masih mengeluhkan keterbatasan akses air bersih.
Tingkat pertumbuhan pelanggan yang stagnan menjadi cermin bahwa ekspansi belum maksimal.
Sejumlah pihak menilai Perumdam terlalu fokus pada pencitraan seremonial daripada menyelesaikan persoalan substansial.
Peringatan HUT ke-37 ini, misalnya, melaksanakan doa bersama, pemotongan tumpeng, dan santunan kepada anak yatim dari dua yayasan di Ciamis.
“Kita harus bekerja keras, bekerja tuntas, dan bekerja ikhlas. Insya Allah semua ini membawa keberkahan,” ujar Amsi.
Tantangan ke Depan: Kolaborasi atau Kompetisi?
Sekda Ciamis juga mengingatkan bahwa pelayanan air bersih kini tidak lagi hanya urusan pemerintah daerah.
Masyarakat menuntut pelayanan cepat, responsif, dan berkualitas terlepas siapa yang mengelola.
Ia pun mengajak seluruh pemangku kepentingan, termasuk media dan sektor swasta, untuk terlibat aktif dalam pengawasan dan pengembangan perusahaan.
“Kebersamaan adalah aset, tapi bukan berarti kolusi. Kita harus tahu siapa yang bisa jadi promotor, pendukung, atau penggerak perubahan,” tandasnya.
Dengan usia yang sudah matang, Perumdam Tirta Galuh tak lagi punya alasan untuk bergerak lamban.
Di tengah krisis iklim dan meningkatnya kebutuhan air bersih, perusahaan ini harus membuktikan kapasitasnya sebagai tulang punggung pelayanan publik, bukan sekadar simbol birokrasi.