DiksiNasi, CIAMIS – Peristiwa tragis mengguncang warga Desa Sukamulya, Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis.
Seorang nenek berusia 64 tahun ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan, diduga dibunuh oleh cucunya sendiri.
Peristiwa ini tak hanya menyorot kekerasan dalam lingkup keluarga, tetapi juga membuka tabir tentang retaknya hubungan emosional di tengah kesenjangan sosial.
MSA (19), remaja yang kini menyandang status tersangka, aparat kepolisian mencokoknya setelah sempat buron ke wilayah Garut.
Penangkapan terjadi kurang dari 24 jam setelah laporan orang hilang.
Kuat dugaan, ia melakukan pembunuhan berencana terhadap sang nenek, hanya karena merasa korban mengabaikannya secara emosional dan finansial.
“Motif awal adalah sakit hati karena keinginan tersangka dan korban tidak memenuhinya, baik soal makanan maupun uang jajan,” ujar Kapolres Ciamis, AKBP Akmal, saat konferensi pers di Mapolres Ciamis, Selasa (3/6/2025).
Akmal menambahkan, tersangka sempat mencoba mengubur korban namun gagal, lalu membuang jasadnya ke jurang sedalam 10 meter di wilayah Dusun Petir.
Kekerasan yang Berawal dari Rasa Tersisih
Berdasarkan pengakuan tersangka, konflik mulai memuncak sejak beberapa waktu terakhir.
Ia mengaku sering meminta bantuan kepada korban, namun kerap mendapat penolakan.
Penolakan itu, menurut penyidik, memicu kemarahan yang menumpuk dan pada akhirnya berubah menjadi niat jahat.
Perencanaan pembunuhan berlangsung sejak dini hari, Jumat 30 Mei 2025.
Saat itu, dia meminta korban membantu memasang lampu.
Saat lengah, ia mencekik korban menggunakan kain lap, memukulnya dengan batu, hingga membacoknya menggunakan celurit.
Tragisnya, dia bahkan memukul sang nenek menggunakan cobek hingga tewas di tempat.
Setelah kejadian, tersangka mencoba menyembunyikan jejak.
Ia membungkus jasad korban dengan selimut, berupaya menggali lubang menggunakan spatula, lalu membawa mayat korban untuk dibuang ke jurang.
Dia, melakukan semuanya seorang diri.
“Perilaku ini menunjukkan sisi gelap dari seorang anak muda yang kehilangan arah dan dukungan emosional,” kata seorang psikolog keluarga.