Mereka dengan lantang menyuarakan kekecewaan mereka terhadap wakil rakyat.
“Kami sudah capek. Selama ini kami masih punya harapan tipis-tipis, tapi hari ini kami melihat dengan gamblang bagaimana wakil rakyat kita tidak mewakili suara rakyat,” ujar Arie Kriting dari atas mobil komando.
Arie juga menyebut bahwa penundaan pengesahan revisi UU Pilkada oleh DPR bisa menjadi sinyal positif.
Tentu saja, jika menggunakannya untuk memikirkan kembali langkah yang lebih tepat.
“Mudah-mudahan penundaan adalah sinyalemen baik,” ucapnya.
Reza Rahadian: MK Kena Begal?
Aktor ternama, Reza Rahadian, juga hadir di tengah massa.
Dia menyampaikan bahwa biasanya dia memilih untuk netral dalam isu politik, namun kali ini dia tidak bisa tinggal diam melihat upaya untuk ‘membegal MK’.
“Ini negara bukan milik keluarga,” tegas Reza dalam orasinya, menunjukkan keprihatinannya terhadap situasi politik yang dia anggap telah melenceng dari jalur demokrasi yang sehat.
Sutradara Joko Anwar, yang juga hadir, membagikan momen keikutsertaannya melalui media sosial.
“Indonesia Raya berkumandang di Senayan, suara dari rakyat yang masih punya hati nurani,” tulis Joko di akun media sosialnya.
Penundaan Rapat Paripurna
Dalam perkembangan terakhir, rapat paripurna DPR yang menurut jadwal akan mengesahkan revisi UU Pilkada tertunda karena tidak memenuhi kuorum.
Penundaan ini memberikan secercah harapan bagi para demonstran bahwa mungkin masih ada ruang untuk pembahasan yang lebih mendalam dan partisipasi publik yang lebih luas.
Aksi unjuk rasa ini menegaskan bahwa masyarakat, termasuk publik figur, tidak tinggal diam ketika demokrasi dan keadilan menjadi pertaruhan.
Mereka berharap, DPR dan pemerintah mendengar suara rakyat dan memutuskan langkah yang tepat demi masa depan demokrasi Indonesia.