Normalisasi Sungai Nagawiru, Refleksi Syukur dan Peduli Lingkungan Masyarakat Ciamis

Dari Sungai ke Ladang, Warga Ciamis Bersatu Selamatkan Nagawiru

banner 468x60
Normalisasi Sungai Nagawiru, Refleksi Taddabur Alam di Ciamis
Normalisasi Sungai Nagawiru, Refleksi Taddabur Alam di Ciamis

Menurutnya, aliran ini menghidupi sekitar 800 hektare sawah di dua kecamatan.

Namun, seiring berjalannya waktu, tantangan baru muncul.

“Banyak lahan yang beralih fungsi menjadi perumahan,” ungkap Dedy.

Ia mengingatkan bahwa perubahan ini dapat mengancam keberlangsungan pertanian di masa depan.

Kini, setidaknya 20 desa dan tujuh kelurahan menggantungkan harapannya pada aliran sungai yang mengalir dari Gunung Syawal hingga bermuara di Citanduy.

Kesadaran yang Tumbuh dari Hulu

Berita baiknya, kesadaran warga akan pentingnya menjaga kebersihan sungai semakin meningkat.

“Kita lihat, sedimentasi yang ada sekarang lebih banyak karena lumpur, bukan sampah. Ini bukti bahwa masyarakat di hulu sudah memahami pentingnya tidak membuang sampah ke sungai,” tutur Dedy.

Dalam gerak serempak di Bendung Cipalih itu, terlihat jelas: semangat baru telah tumbuh di antara warga Nagawiru.

Syiar Kebersihan dalam Perspektif Religi

Ketua Persatean Pesantren Ortodok (PPO), Haji Duleh, menilai gerakan ini sebagai bagian dari syiar Islam.

Normalisasi Sungai Nagawiru, Refleksi Taddabur Alam di Ciamis
Normalisasi Sungai Nagawiru, Refleksi Taddabur Alam di Ciamis

“Islam itu harus dalam segala aspek, kebersihan sungai salah satunya. Kita mencontoh baginda Nabi yang sangat menyukai kebersihan,” kata Haji Duleh.

Bagi Haji Duleh, kegiatan normalisasi sungai dan penanaman pohon bukan hanya kerja sosial, tapi juga taddabur alam — sebuah bentuk syukur kepada Allah SWT atas karunia alam.

“Salah satu tanda kita beriman adalah menjaga sungai ini tetap hidup,” ujarnya, seraya menatap arus kecil Nagawiru yang mulai mengalir jernih.

banner 336x280