Harapan yang Tak Lagi Sendiri
Pak Nardi, pria sepuh yang hidup sebatang kara, mungkin tak pernah membayangkan akan memiliki rumah baru.
Rumah lamanya dari bambu usang sudah nyaris ambruk.
Tapi hari ini, ia berdiri di atas tanah wakaf dari keluarganya, menyaksikan rumah impian dibangun oleh orang-orang yang dulu hanya tetangga biasa.
Bagi Lili, kisah Pak Nardi adalah potret keberhasilan yang tak bisa terukur dengan bilangan angka.
“Kami ingin rumah itu menjadi simbol. Bahwa zakat bisa membawa perubahan bukan hanya bagi satu orang, tapi satu komunitas.”
Program Sosial yang Menumbuhkan Jiwa
Baznas Ciamis tidak hanya selesai setelah rumah berdiri.
Pendampingan berlanjut: dari dapur hingga perlengkapan dasar.
“Kalau rumahnya sudah jadi, kami cek lagi. Kompornya ada atau belum? Tempat tidurnya layak atau tidak? Karena hidup layak itu menyeluruh,” kata Lili.
Program Rutilahu pun menjadi bukti bahwa intervensi sosial yang dirancang dengan pendekatan lokal bisa jauh lebih efektif dan berkelanjutan.
Di Ciamis, bukan gedung tinggi yang menjadi lambang kemajuan, melainkan rumah-rumah sederhana yang berdiri dengan semangat gotong royong.
Dan semuanya, seperti yang Lili ingatkan, “bermula dari uang receh yang kita sering sepelekan.”