Jumbo Cetak Sejarah, Tembus 9 Juta Penonton dan Tantang Rekor Film Terlaris Indonesia

Film animasi karya Visinema, Jumbo, resmi menjadi film Indonesia terlaris kedua sepanjang masa. Mengangkat isu duka anak dalam balutan fantasi, film ini menggeser Agak Laen dan menantang dominasi KKN di Desa Penari.

banner 468x60

Dari 60 Ribu ke Jutaan Penonton

Perjalanan Jumbo tak bisa dibilang instan.

Hari pertama hanya mengumpulkan 60.458 penonton.

Namun berkat promosi organik dari sejumlah selebritas dan antusiasme netizen, jumlah penonton melonjak tajam di minggu-minggu berikutnya.

Hanya dalam sembilan hari, Jumbo menembus satu juta penonton.

Film ini kemudian menyalip Mechamato Movie dari Malaysia, dan menjadi film animasi terlaris se-Asia Tenggara dengan 3,5 juta penonton dan pendapatan lebih dari US$8 juta (Rp134 miliar).

Kini, posisinya di tangga film terlaris Indonesia hanya terpaut kurang dari sejuta penonton dari KKN di Desa Penari (10.061.033 penonton).

Sentuhan Lokal, Kualitas Global

Masa produksi selama lima tahun, Jumbo melibatkan lebih dari 400 animator lokal.

Ryan Adriandhy menyebut bahwa keberhasilan film ini tidak lepas dari kepercayaan besar dari Visinema dan para investor.

“Yang paling penting dalam proyek ini adalah trust,” kata Ryan.

Proses produksi berlangsung sejak 2019, termasuk perekaman suara yang melibatkan Ariel NOAH sebagai salah satu pengisi suara.

Tantangan teknis terbesar, menurut Ryan, terletak pada adegan pertunjukan panggung yang menuntut detil animasi dan simulasi cahaya yang kompleks.

Tema Kehilangan dan Imajinasi Anak

Jumbo berkisah tentang Don, seorang anak bertubuh besar yang sering dirundung dan ingin membuktikan dirinya lewat pentas seni.

Di balik ceritanya yang ringan, film ini mengangkat isu duka anak dan bagaimana mereka mengolah kehilangan lewat imajinasi.

Menurut psikolog klinis Olphi Disya Arinda, film ini menyentuh aspek penting dalam tumbuh kembang anak.

“Imajinasi memberi ruang aman untuk anak mengekspresikan emosi mereka,” ujarnya.

Respons Penonton: Pujian dan Kritik

Catherine (37), penonton yang menonton bersama keluarganya, mengaku terpukau oleh kualitas visual dan cerita yang menyentuh.

“Animasi karya Indonesia terbagus sampai sekarang. Seperti nonton film Pixar,” ujarnya.

Namun, tak semua penonton puas. Beberapa warganet mengkritik kehadiran unsur mistis dalam film anak-anak.

Ada yang menilai karakter utama Don tidak mencerminkan nilai positif, bahkan ada yang menuding film ini “mengajarkan kemusyrikan.”

Siap Geser Avengers: Endgame?

Dengan laju penonton harian yang masih tinggi, banyak yang memprediksi Jumbo akan melampaui KKN di Desa Penari.

Bahkan, sejumlah warganet berharap film ini bisa menggeser Avengers: Endgame (10,9 juta penonton) dari posisi film terlaris sepanjang masa di Indonesia.

“Sejuta lagi yok, setelah itu terserah mau sampai mana Jumbo,” tulis akun @ann**** di media sosial.

banner 336x280