DiksiNasi, Ciamis – Di tengah gempuran tren kopi modern, Mulyono—atau yang akrab disapa MasMul—hadir sebagai generasi baru yang membawa kembali kekayaan rasa dari tanah tinggi Nusantara.
Lelaki asal Loasari, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis ini, menyimpan jejak kopi yang mengakar dalam sejak masa kecil.
Orangtua MasMul adalah petani kopi yang tinggal dan mengelola kebun di lereng pegunungan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung.
Warisan Aroma dari Tanah Perbukitan Lampung
Di tempat sejuk dan berbukit itu, kopi-kopi Robusta berkualitas tinggi tumbuh subur dan menjadi bagian dari denyut kehidupan keluarganya.
“Mereka merintis usaha di bidang kopi, meskipun masih dengan cara tradisional,” kata MasMul. Kamis, (29/05/2025).
Di sanalah ia tumbuh mengenal aroma kopi, menyaksikan proses pasca panen, hingga memaknai secangkir kopi sebagai bagian dari budaya.
Menemukan Rasa yang Hilang
Menghabiskan masa sekolah di Pulau Jawa, MasMul hanya bisa bertemu orangtuanya saat liburan.
Namun, justru dalam keterbatasan itu ia menemukan pengalaman batin yang mendalam.
“Setiap libur, saya pergi ke Lampung untuk bertemu kedua orangtua saya. Di sana, saya secara tak langsung belajar mengelola kebun kopi dan produk turunannya,” ungkapnya.
Ketika dewasa dan mulai terbiasa nongkrong di warung kopi, MasMul justru merasa ada yang hilang dari rasa kopi yang ia cicipi.
Tak ada aroma pekat dari lereng Tanggamus, tak ada rasa otentik seperti yang dulu menempel dalam ingatannya.
“Saya merasa ada yang kurang ketika minum di warung kopi,” ujarnya.
Rasa rindu itu yang menjadi awal dari tekad untuk meneruskan warisan keluarga.
Komentar