Bung Tomo Berseru Hidup atau Mati, Tonggak Sejarah Hari Pahlawan 10 November

PURWA DIKSI9 Dilihat
banner 468x60

Sejarah, diksinasinews.co.id – Bung Tomo adalah salah satu ikonik dari peristiwa bersejarah lahirnya hari pahlawan. Namanya tidak bisa lepas dari peristiwa besar kala Indonesia sedang tertatih menapaki masa kemerdekaannya.

Pada awalnya peringatan ini dilakukan untuk penghormatan para pahlawan yang telah gugur di medan pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Maka dari itu untuk menghormati para pejuang yang gugur di medan laga saat itu, maka Presiden Sukarno melalui keputusan Presiden ( Keppres ) no. 316 Tahun 1959 tentang hari – hari Nasional menetapkan tanggal 10 November sebagai hari pahlawan. Keputusan ini ditetapkan Sukarno pada 16 Desember 1959.

banner 336x280

Tewasnya Jendral Mallaby salah satu perwira Kerajaan Inggris dianggap sebagai pemicu pertempuran 10 November. Pada saat itu Surabaya digempur pasukan Inggris dari berbagai penjuru, darat, laut dan udara.

Tidak Kurang dari 20 ribu tentara Indonesia terlibat dalam pertempuran ini, 100 ribu warga sipil turut serta membantu perlawanan terhadap agresi Inggris tersebut. Sedangkan dari pihak lawan, Inggris dibantu India menurunkan 30 ribu orang terlatih dan bersenjata lengkap guna hadapi perlawanan Rakyat Indonesia.

Komunikasi radio menjadi salah satu sarana Bung Tomo dalam mengobarkan semangat tempur rakyat Indonesia kala itu. Seruan Bung Tomo melalui speaker radio sangat melegenda dan sering dikumandangkan hingga saat ini sebagai pengobar semangat dalam berbagai kegiatan

Abdul Walid dalam karyanya Bung Tomo, Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempur 10 November menyatakan jika ada beberapa hal yang menjadi pemicu pecahnya pertempuran tersebut.

Rakyat Indonesia mendampingi pejuang kala itu mendesak tentara jepang yang mengalami kekalahan dari sekutu dengan peristiwa jatuhnya bom atom di Hiroshima pada 6 Agustus dan Nagasaki pada 9 Agustus 1945, untuk menyerahkan semua senjatanya kepada Indonesia. Dua kota utama Jepang tersebut luluh lantak 11 hari menjelang pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Oleh Bung Karno dikumandangkan ke seantero Negri.

Meskipun kemerdekaan Indonesia sudah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 namun situasi Indonesia masih bergejolak dan cenderung labil. Hal itu tidak lain karena selepas Jepang dinyatakan kalah, sekutu yang tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) ditugaskan datang ke Indoensia dengan maksud melucuti senjata tentara Jepang. Pada saat yang sama NICA (Netherlands Indies Civil Administration) dengan membonceng AFNEI ternyata mengambil kesempatan dari kejadian tersebut.

Sang Saka Merah Putih segera dikibarkan di seantero Indonesia sesuai ketetapan maklumat pemerintah Indonesia kala itu, menyusul Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Gerakan pengibaran bendera tersebut meluas ke seluruh daerah-daerah, termasuk di Surabaya.

Mengetahui hal tersebut, pada 25 September 1945 Inggris tiba di Surabaya setelah sebelumnya mendarat di Jakarta pada pertengahan September. Selain melucuti senjata pihak Jepang misi lain AFNEI waktu itu adalah melakukan pembebasan tawanan perang sedangkan NICA mempunyai tujuan untuk mengembalikan Indonesia ke Belanda tentunya sebagai jajahan kolonial.

banner 336x280