Lahirnya Sulam Kopi: Merajut Identitas Rasa
Berbekal keberanian dan sedikit pengetahuan yang ia serap dari orangtua, MasMul mendirikan Sulam Kopi.
Nama ini ia pilih sebagai bentuk penghormatan terhadap dua identitas yang membentuk dirinya: Sunda dan Lampung.
“Karena saya orang Sunda dan masa kecil saya di Lampung, maka saya gabungkan saja,” kelakarnya.
Saat ini, Sulam Kopi mengandalkan varian Robusta Premium dalam kemasan 100 gram.
Namun MasMul menyiapkan rencana ekspansi: mulai dari varian medium hingga bentuk sachet dan celup yang lebih praktis.
“Saat ini baru ada kopi siap saji 100 gram Premium. Ke depannya saya ingin menyediakan kualitas medium juga, dalam bentuk sachet, celup, dan beans,” jelasnya penuh semangat.
Distribusi Konvensional dengan Cita Rasa Tradisional
Meski era digital memudahkan distribusi, MasMul memilih pendekatan konvensional dalam memasarkan produknya.
Konsumen bisa menemukan Sulam Kopi di kedainya yang berada di Jalan Raya Banjar – Pangandaran.
“Saat ini saya masih memakai cara konvensional dalam menyalurkan Sulam Kopi. Jika ada konsumen yang membutuhkan, bisa datang langsung ke kedai Sulam Kopi,” ujarnya.
Langkah MasMul bukan sekadar menjalankan usaha, tapi juga menyambung tali warisan kopi Nusantara dari lereng Tanggamus ke meja-meja rumah warga Ciamis.
Di setiap cangkir Sulam Kopi, tersimpan kisah tanah tinggi, semangat regenerasi, dan kecintaan pada cita rasa sejati.
Komentar