Setelah anak anjing terakhir terjual, Sang Ibu menawarkan Chi-Hon untuk membeli sesuatu. Chi-Hon meminta untuk membeli buku pilihannya.
Dia memilih buku berjudul Human, All Too Human karya Nietzsche. Dia memberinya uang untuk membayar buku tanpa harus menawarnya. Padahal dia biasanya selalu menawar sebelum membeli sesuatu.
Penyesalan selalu datang di akhir
Hyong-Chol, anak sulung, merasa bersalah karena dia tidak bisa memenuhi janjinya terhadapnya untuk menjadi jaksa. Ketika Sang Ibu dikhianati oleh ayahnya, Hyong-Chol telah berjanji bahwa jika sudah besar, dia akan menjadi jaksa. Sang Ibu menanggapi janji ini dengan serius. Bahkan, Hyong-Chol telah berjanji karena dia pikir dia harus menjadi jaksa agar ibunya akan selalu ingin tinggal di rumah.
Sejak itu, Sang Ibu dilarang Hyong-Chol membantunya untuk melakukan pekerjaan rumah tangga. “Jika kamu ingin menjadi jaksa, maka kamu harus belajar yang rajin. Jauh lebih rajin dari apa yang kamu lakukan”, kata ibu untuk Hyong-Chol. Saking sayangnya Sang Ibu dengan anak sulungnya itu, ia bahkan menjual cincin untuk membayar uang pangkal Hyong-Chol untuk melanjutkan studinya.
Sedangkan Sang suami menyesal karena selama ini tidak pernah memperlakukan istrinya dengan baik. Dia sering meninggalkan rumah dan berselingkuh dengan wanita lain.
Namun, istrinya tetap setia kepadanya dan selalu memperlakukan dengan sabar suaminya ketika ia sakit. Sang suami juga menyadari bahwa ada banyak hal tentang istrinya yang tidak Ia ketahui. Bahkan, mereka tinggal bersama selama beberapa dekade.
Pesan Moral
Pesan yang ingin tersanpaikan Kyung Sook Shin dalam cerita Please Look After Mom terasa di beberapa bab awal novel ini. Dari menghargai kerja keras seorang ibu, kemudian anggota keluarga (anak-anak dan suami) sangat layak untuk manghargai. Selain itu, ada massa, di mana ibu bisa begitu hancur. Kesedihannya layak memiliki tempat dengan baik.
Dengarkan kata-katanya, meskipun dia tampaknya berulang-ulang dan mungkin tidak bermakna, namun itu adalah ekspresi Tulus darinya. Keberadaan ibu sering dianggap “biasa dan dangkal” di sebuah rumah. Namun, ketika dia tidak ada di sana, awal yang janggal akan terasa. Tidak ada kehangatan seperti sebelumnya, tidak ada rumah yang teratur sempurna.
Hingga akhirnya, kita bisa menyadari bahwa memiliki seorang ibu adalah memiliki sebagian kehidupan di dunia. Seperti yang tampak dirasakan oleh Chi Hon di bab terakhir, di mana ia berada di akhir pencarian ibunya. Itulah sebabnya tidak ada ekspresi lain, selain menjadi emosional.
Kisahnya mengalir begitu indah. Bahkan Kyung Sook Shin tidak ragu untuk menggunakan diksi yang mengaduk-aduk perasaan.
Novel ini adalah sebuah novel yang sangat kaya dalam diksi. Kyung Sook Shin memiliki gaya narasi otentik dan sangat indah. Emosi yang dia coba katakan, sebenarnya berhasil mengenai pembacanya, bahkan untuk membaca buku ini, mata akan penuh banjir air mata. Rasa penyesalan itu seperti terasa juga dalam hati pembacanya untuk kembali mengingat ibunya di rumah atau di manapun ibu berada.