DiksiNasinews.co.id, – Kasus dokter gadungan atau dokter palsu kembali menjadi sorotan di Indonesia, mengingat peristiwa serupa yang sempat menghebohkan dunia sepak bola beberapa waktu lalu. Kali ini, seorang yang menyamar sebagai dokter menciptakan kegaduhan dengan memalsukan identitasnya dan mengecoh rumah sakit serta fasilitas kesehatan selama bertahun-tahun.
Kejadian Berulang
Kejadian serupa pertama kali mencuat dengan kasus Elwizan Dokter gadungan di dunia sepak bola beberapa waktu lalu. Kini, bumi pertiwi kembali terkejut dengan persoalan serupa yang melibatkan seorang yang menyamar sebagai dokter di fasilitas kesehatan. Kasus ini, menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana sistem pengawasan terhadap praktik medis di Indonesia. Timbul juga pertanyaan, bagaimana perlindungan terhadap masyarakat yang menjadi korban.
Dalam kasus dokter gadungan sebelumnya, seorang yang mengaku sebagai lulusan Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Syiahkuala, Banda Aceh, pada tahun 2006, berhasil menjalankan tindakan medis di dunia sepak bola selama 11 tahun. Selama periode itu, ia berhasil membohongi klub, operator liga, hingga federasi PSSI. Kasus ini menjadi peringatan akan pentingnya memeriksa dan memastikan kualifikasi serta legitimasi dokter yang terlibat dalam bidang medis.
Kejadian serupa kembali terulang dengan pelaku baru, yang menggunakan nama Susanto. Kasus dokter gadungan bernama Susanto yang menjalankan aksinya di RS PHC Surabaya sejak April 2020 menjadi viral di media sosial. Meskipun hanya lulusan SMA, namun beberapa kali berhasil menjalankan tindakan medis dengan memalsukan Surat Tanda Registrasi (STR) dan berkas lainnya ketika melamar ke fasilitas kesehatan (faskes).
Tanggapan IDI
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Kabupaten Bandung, Aziz Asoparie, menjelaskan kronologi terungkapnya kasus ini berawal dari laporan salah satu anggotanya.
“Kami menerima laporan dari anggota kami, dokter AY. Dia melaporkan, bahwa seseorang yang mengaku sebagai dokter telah memakai datanya. Setelah mempelajari hal itu, kami menindaklanjuti dengan membentuk tim pencarian,” katanya dalam konferensi pers, Kamis (14/9/2023).
Aziz menyebut pelaku menggunakan data AY, untuk melamar pekerjaan di klinik salah satu tambang emas kenamaan Indonesia. Hal ini terungkap dari salah satu rekan AY yang menanyakan tentang proses lamaran itu.