Resensi Buku : Robert Michels, Hukum Besi Oligarki

OPINI DIKSI54 Dilihat
banner 468x60

Diksinasinews.co.id – Meningkatnya oligarki merupakan salah satu fenomena paling menonjol di tengah perkembangan politik Indonesia.

Terlepas dari sudut pandang positif maupun negative, dalam beberapa tahun terakhir peningkatan politik oligarki semakin menjamur dari mulai tingkat pusat hingga daerah.

banner 336x280

Sedangkan lembaga dan pengamat politik Indonesia sering menyebutk bahwa Oligarki sebagai salah satu indikator utama kemunduran demokrasi Indonesia.

Prof Dr Azyumardi Azra MA CBE, Guru Besar Sejarah Peradaban Islam Fakultas Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam jurnalnya menjelaskan, meningkatnya oligarki yang hampir tidak terbendung terlihat dalam sejumlah langkah politik pejabat publik puncak dan elit politik di lingkungan eksekutif dan legislatif.

Mereka yang bisa disebut ‘oligark’ (oligarch) politik, sering mengambil keputusan menyangkut kepentingan publik dan hajat orang banyak di dalam lingkaran mereka sendiri.

Oligarki politik tidak melibatkan warga, tokoh, masyarakat madani, asosiasi dan serikat profesi, ormas dan LSM.

Robert Michels, seorang pengajar dan sekaligus politikus, memutuskan keluar dari Partai Sosial Demokrat Jerman. Ia kecewa, karena partai tersebut hanya diatur oleh segelintir elit. Tidak ada sebuah transaksi demokratis yang benar-benar menghitung suara akar rumput.

Dalam alam pikirnya, partai bukan seperti itu. Partai harusnya mengembangkan arah politiknya berlandaskan aspirasi dan kepentingan masyarakat, kader dan para pendukungnya.

Dalam bukunya On the Sociology of Political Partiesin Modern Democracy: a Study on Oligarchic Tendencies in Political Aggregations, Michels menyebut kondisi partai yang seperti itu sebagai hukum “Besi oligarki”.

Menurut Michels, nyaris tidak ada satu partai pun yang tidak terhinggapi oleh penyakit yang bernuansakan elitisme. Michels melihat dalam kiprah riil partai politik, dunia partai adalah dunia kaum elite dengan watak otokratik.

Hukum besi oligarki ini salah satunya melekat pada sosok Benito Musollini. Seorang diktator asal Italia.

Awalnya, Musollini adalah seorang pemimpin yang lahir dari rakyat. Namun, setelah berkuasa, ia terjebak oleh hukum besi oligarki. Perlahan, ia mulai bertransformasi menjadi diktator paling besar dalam sejarah Italia.

Kasus di Indonesia

Hukum besi oligarki di Indonesia menghendaki siapa pun yang ingin menjadi pemimpin harus menggunakan kendaraan oligarki.

Maka, masyarakat kemudian menyaksikan banyak tokoh-tokoh rakyat lahir, tetapi dalam kepemimpinannya seakan hanya mementingkan kelompok elite saja.

Sosok Joko Widodo (Jokowi) menjadi contoh yang paling dekat. Belakangan ini agak sulit untuk mengatakan Jokowi tidak terperangkap dalam hukum besi oligarki.

banner 336x280

Komentar