DiksiNasi, Ciamis – Sebuah kejadian mengguncang Pondok Pesantren Riyadlul Huda di Lumbungsari, Pamarican, Ciamis. Hujan lebat yang turun pada sore hari itu menjadi saksi bisu ambruknya asrama putri di ujung pondok, sebuah musibah yang hampir saja menimbulkan korban jiwa. Asrama tersebut roboh sebagian besar karena struktur genting yang pecah dan usuk yang lapuk, sebuah petunjuk bahwa bangunan tersebut telah tua dan memerlukan perhatian serius. Jum’at, (02/02/2024).
Kontruksi Bangunan
Kepemimpinan Muhammad Kodar, atau Ang Rida, teruji dalam menghadapi situasi darurat ini. Evakuasi santri ke aula menjadi langkah pertama yang diambil untuk menjaga keselamatan mereka. Namun, pemeriksaan lebih lanjut mengungkap kondisi yang lebih memprihatinkan: bangunan asrama yang sudah lapuk dan tidak didukung oleh konstruksi yang kuat.
“Baru ketahuan kalo bangunan ini tidak memenuhi standar dan tidak pake kontruksi besi juga tanpa cakar ayam,” ungkap Ang Rida. Kamis, (29/02/2024).
Gotong Royong
Respons komunitas pesantren terhadap tragedi ini sungguh luar biasa. Warga pesantren, bahu membahu dengan para alumni, segera bersatu padu dalam upaya pembangunan kembali asrama yang telah hilang. Dengan dana yang terbatas, mereka bekerja siang malam, mengharapkan keajaiban dapat terjadi, agar asrama dapat segera berdiri kembali dan menyambut para santri dengan hangat.
Namun, tantangan tidak berhenti di situ. Setelah 27 hari kerja keras, mereka menghadapi kendala finansial yang serius. Persediaan beras dan dana mulai menipis, sementara upaya mencari donatur terhambat oleh kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan. Ang Rida menceritakan.
“Siang malam kami kerja dan akhirnya mentok. Persediaan beras dan dana kami sudah habis” ujar Ang Rida.
Kerugian yang Timbul
Kerugian materiil yang timbul oleh kejadian ini sulit terukur, terutama karena hampir tidak ada material yang dapat mereka gunakan kembali. Estimasi biaya untuk pembangunan kembali asrama mencapai 200 juta rupiah, sebuah angka yang tidak kecil untuk sebuah komunitas pesantren.
Meski berada dalam kondisi yang serba kekurangan, semangat warga Riyadlul Huda untuk bangkit dan memulihkan kondisi asrama tidak pernah pudar. Mereka terus berusaha dengan segala cara yang mungkin, berharap akan ada tangan-tangan dermawan yang tergerak untuk membantu. Kisah perjuangan mereka adalah bukti dari ketangguhan dan kebersamaan dalam menghadapi cobaan, sebuah pelajaran berharga tentang arti dari solidaritas dan kepedulian.